Rabu, 05 Agustus 2009

Rambu Lalu Lintas Hanyalah Sebuah Hiasan Belaka

Perilaku pengendara di Jakarta sungguh luar binasa. Membuat peraturan seenaknya saja, tidak memperdulikan pengendara yang lain yang sama-sama menggunakan jalan raya.
Sering kita jumpai di Lampu Merah, pengendara tidak mengindahkan rambu tersebut. Tidak perduli dengan warna apa yang sedang menyala, terobos sana, sodok sini, sikat situ, hantam kromo saja seenak hatinya.
Lampu Merah kendaraan pada jalan seenaknya saja, ini adalah perilaku pengendara kendaraan pribadi.
Lampu Hijau kendaraan berhenti pastinya ini adalah perilaku pengendara kendaraan umum.
Traffic Light hanyalah simbul saja, tanpa di pahami arti sebenarnya.
Belum lagi terhadap rambu lainnya, Dilarang berhenti malah parkir. Di larang Parkir malah kendaraan mengetem sepanjang hari. Dilarang masuk/berbelok masih juga belok. Jalan dua arah diterjang juga melawan arah, yang penting sampai, itu pikir si pengendara.
Di jalan tol juga sering dilihat "Bahu Jalan untuk Darurat", tetap saja banyak yang melewati, walaupun tidak dalam keadaan darurat.
Pertanyaan yang timbul " Sudah sedemikan parahkah perilaku pengendara di Jakarta ?", hanya pada diri kita sendirilah kita bertanya dan menjawab. Karena jika pertanyaan tersebut ditanyakan ke pengendara yang lain, pasti jawabannya "Tidak".

Berbagai jawaban pasti timbul yang mematahkan asumsi di atas. Ada yang berkata, "Ah lampu merahnya aja nggak adil, terlalu lama pembagian hijau dan merahnya".
"Masa untuk kesitu aja harus memutar sejauh ini", " Terlalu macet di sebelah kanan, enakan lewat bahu jalan aja yang nggak macet", jawaban lainnya, dan masih banyak alasan dan jawaban untuk mematahkan pertanyaan tersebut.

Jadi sebenarnya siapa yang salah dengan kondisi tersebut, pengendara akan tertib kalo ada pak polantas yang memelototi pengendara satu persatu, dengan senjata pulpen dan surat tilang itulah momok yang ditakuti oleh pengendara.
Akankah semua itu berlangsung terus, dan kapan kesadaran dari kita akan muncul.
Ingat hasil survey menyebutkan " Senjata pembunuh massal itu adalah alat transportasi, dan paling banyak memakan korban adalah kendaraan roda dua karena minim alat pengaman, dan kesadaran yang tipis dari para pengendara ".

Sungguh sangat disayangkan jika berlanjut terus, nyawa hilang sia-sia di jalan raya.

Dan jangan sampai ada ungkapan bahwa " Para pengendara kendaraan bermotor di jakarta adalah buta huruf dan buta warna ", karena tidak bisa membaca rambu lalu lintas dan tidak bisa membedakan warna traffic light.





Tidak ada komentar:




Be a Ranger